Thursday, March 31, 2005

Mengarungi Kaki Langit

Orang Gila di Danau Tondano

Dia yg terbuang dr tanah kelahirannya, menatap daratan tanpa pantai di antara pegunungan Lambean. Gempa dahsyat yg membuat ketakutan di negeri serambi, seakan berulang dlm mimpi dejafu tentang asal usulnya. Dia yg menatapku penuh murka seperti kilat krn aku terpaksa mengambil gambar tanpa ijinnya. Mgk sekedar maaf tak kan sampai ke telinganya krn kamera tele ku terlalu jauh dr dahan kelapa pelabuhan. Di ketinggian, membuatku angkuh bagai tiang kukuh. Dengan janji-janji gombal, aku dapat memperoleh semuanya. Di teknik tele, membuatku tak terkalahkan bagai bambu galah. Dengan menaikkan semuanya, aku dapat memenuhi kebutuhanku. Yg dibawah menumpuku berdiri di dahan ketinggian, hy kacung budukan. Bukan raja yg bersilat lidah tentang demokrasi. Yg disamping menjilat pantatku tak tahan buang air, hy pemulung penuh panu. Bukan bos yg cm main pistol dan wanita. Setiap lempeng waktu bergerak dalam permainan urat saraf terpaku oleh palung tanpa pergerakan perubahan substansial. Setiap mobilitas air dari dalam bumi menghantam permukaan dipasak oleh gunung tanpa bibir dinamika magma komplementer. Dia merenung seperti aku menertawakan gambaran realita. Dia bahagia seperti aku menangisi peradaban dunia. Dia bercerita seperti aku berkhayal tentang kisah orang gila. Dia bercinta seperti aku berenang di danau tondano. (300305)